Feb 14, 2010

Tempayan Retak

Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua tempayan, yang di pikul di pundaknya dengan menggunakan bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh. Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.

Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana sang ibu tua membawa pulang air hanya satu setengah tempayan. Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.

Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. " Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju rumahmu." Ibu itu tersenyum dan menjawab, "Tidakkah kau lihat bunga yang beraneka ragam d jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang lainnya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyiram benih-benih itu, selama dua tahun in pula aku bisa memetik bunga-bunga yang cantik untuk menghias meja. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak bisa seasri seperti ini sebab tidak ada bunga."

Kita semua punya kekurangan masing-masing. Namun kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menjadi menyenangkan dan memuaskan dengan saling melengkapi satu dengan yang lain. Kita harus bisa menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalam diri mereka. Saudaraku sesama tempayan yang retak, semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu.

Di dalam persahabatan kita juga, kadang ada ucapan kita yang menyenangkan, ada juga ucapan kita yang dapat melukai perasaan orang lain, tapi jangan ucapan yang melukai itu menjadi sebab bagi yang mendengarnya, tapi itu adalah cermin kedewasaan kita untuk belajar memahami ucapan yang melukai tersebut..

by : someone... *tak ada nama penulisnya*

kisah yang menarik... banyak banget pelajaran yang bisa kita ambil.. inti yang gue dapat adalah tentang bagaimana kita harus bisa berguna di tengah kekurangan yang kita punya. jangan jadikan kekurangan itu sebagai penghalang, tapi jadikanlah kekurangan kita sebagai batu loncatan untuk bisa menjadi seorang yang lebih baik lagi...
cerita ini gue dapet dari warta jemaat digerja gue tadi pagi...

HAPPY SUNDAY all..

Tempayan Retak

Seorang ibu yang sudah tua memiliki dua tempayan, yang di pikul di pundaknya dengan menggunakan bambu. Salah satu dari tempayan itu retak, sedangkan yang satunya tidak bercela dan selalu memuat air hingga penuh. Setibanya di rumah setelah menempuh perjalanan panjang dari sungai, air di tempayan yang retak tinggal separuh.

Selama dua tahun hal ini berlangsung setiap hari, dimana sang ibu tua membawa pulang air hanya satu setengah tempayan. Tentunya si tempayan yang utuh sangat bangga akan pencapaiannya. Namun tempayan yang retak merasa malu akan kekurangannya dan sedih, sebab dia hanya bisa memenuhi setengah dari kewajibannya.

Setelah dua tahun yang dianggapnya sebagai kegagalan, akhirnya dia berbicara kepada ibu tua di dekat sungai. " Aku malu, sebab air bocor melalui bagian tubuhku yang retak di sepanjang jalan menuju rumahmu." Ibu itu tersenyum dan menjawab, "Tidakkah kau lihat bunga yang beraneka ragam d jalur yang kau lalui, namun tidak ada di jalur yang lainnya? Aku sudah tahu kekuranganmu, jadi aku menabur benih bunga di jalurmu dan setiap hari dalam perjalanan pulang kau menyiram benih-benih itu, selama dua tahun in pula aku bisa memetik bunga-bunga yang cantik untuk menghias meja. Kalau kau tidak seperti itu, maka rumah ini tidak bisa seasri seperti ini sebab tidak ada bunga."

Kita semua punya kekurangan masing-masing. Namun kekurangan itulah yang menjadikan hidup kita bersama menjadi menyenangkan dan memuaskan dengan saling melengkapi satu dengan yang lain. Kita harus bisa menerima setiap orang apa adanya dan mencari yang terbaik dalm diri mereka. Saudaraku sesama tempayan yang retak, semoga harimu menyenangkan. Jangan lupa mencium wanginya bunga di jalurmu.

Di dalam persahabatan kita juga, kadang ada ucapan kita yang menyenangkan, ada juga ucapan kita yang dapat melukai perasaan orang lain, tapi jangan ucapan yang melukai itu menjadi bebab bagi yang mendengarnya, tapi itu adalah cermin kedewasaan kita untuk belajar memahami ucapan yang melukai tersebut..

by : someone... *tak ada nama penulisnya*

kisah yang menarik... banyak banget pelajaran yang bisa kita ambil.. inti yang gue dapat adalah tentang bagaimana kita harus bisa berguna di tengah kekurangan yang kita punya. jangan jadikan kekurangan itu sebagai penghalang, tapi jadikanlah kekurangan kita sebagai batu loncatan untuk bisa menjadi seorang yang lebih baik lagi...
cerita ini gue dapet dari warta jemaat digerja gue tadi pagi...

HAPPY SUNDAY all..