Aug 22, 2010

bercermin

malam yang sunyi ini kugunakan untuk bercermin. bagaimanakah diriku? siapakah aku?

aku adalah seorang cewek biasa saja. ngak terkenal layaknya artis, tidak mempunyai posis penting di dalam perusahaan atau organisasi. seorang mahasiswi UMN jurusan jurnalistik yang berpikir apakah salah masuk jurusan karena tidak ada bakat yang berhubungan dengan bidang ini. menulis hanya suatu kegemaran yang muncul pada saat SMA karen terpengaruh oleh teman maya. berbahasa pun hanya bisa bahasa indonesia yang sangat pas-pasan. untuk pengetahuan umun? jangan ditanya,, aku ini orang yang pelupa,, sekali dikasih tau sama seseorang akan tersimpan di memori tapi tidak akan bertahan lama.

seorang yang tidak bisa menerima begitu saja apa yang terjadi alias keras kepala.
berusaha agar apa yang ada di otak ini dapat terjadi alias suka memaksakan kehendak.
tidak gampang melupakan peristiwa-peristiwa yang menurut gue penting padahal kadang-kadang sebenarnya itu hal yang mungkin tidak perlu di ingat-ingat.
seorang yang ceroboh.
bisa melakukan sesuatu yang diluar pemikiran akal sehat untuk teman. berusaha menjadi yang terbaik untuk teman-teman gue, tapi di dalam keluarga kadang usaha itu malah tidak ku lakukan.
selalu berharap sesuau yang sangat susah di gapai.
suka berimajinasi dan kadang susah membedakan mana yang imajinasi mana yang kehidupan nyata.

seorang yang dahulu sangat suka tidur tapi sekarang untuk tidur pun sangat susah walaupun sudah mengantuk.
seorang yang dahulu sangat suka makan tapi sekarang malah jadi males makan dan membuat perut jadi tidak stabil.
seorang yang dahulu sangat suka membaca tapi sekarang sudah jarang membaca. sekali membaca akan cepat merasa bosan.
seorang yang dahulu sangat malas dengan apa yang namanya hape,, selalu dicari-cari karena susah di hubungi. tapi sekarang malah disaat sudah sering megang hape malah ngak ada yang nyari --"
seorang yang dahulu subur, sekarang kurus
seorang yang dahulu jarang memikirkan suatu masalah, sekarang malah kepikiran mulu.
*huwaa kangen dengan yang dulu.*

tapi inilah aku. aku menerima diriku apa adanya karena siapa lagi yang akan menerima diriku yang begini jika bukan aku.



Aug 21, 2010

ruangan

kudapatkan dari blog stephanie zen dan aku ingin berbagi dengan kalian...
Kemarin baca cerita ini di buku I Kiss Dating Goodbye yang ditulis oleh Joshua Harris, dan langsung mewek semewek-meweknya. Cerita ini tentang mimpi yang suatu kali dialaminya. I’m so glad to share this story with you (jangan lupa siapin tissue :p). Cekidot!

Antara sadar dan tidak, saya menemukan diri saya di sebuah ruangan. Tidak ada ciri-ciri yang membedakan kecuali sebuah tembok yang ditutupi dengan arsip-arsip berisi kartu-kartu indeks kecil.

Kartu-kartu tersebut seperti yang ada di perpustakaan, berisi judul buku berdasarkan nama pengarang atau tema dalam urutan abjad. Tetapi arsip-arsip tersebut yang terbentang dari lantai sampai langit-pangit dan tampaknya tak berakhir dari segala arah, memiliki judul-judul yang sangat berbeda. Ketika saya mendekati tembok arsip tersebut, arsip pertama yang menarik perhatian saya adalah arsip yang berjudul “Gadis-gadis yang pernah aku sukai”. Saya membukanya dan mulai membolak-balik kartu-kartu tersebut. Saya cepat-cepat menutup kartu itu, terkejut karena menyadari bahwa saya mengenal nama-nama yang tertulis pada tiap kartu tersebut.

Dan kemudian tanpa diberi tahu, saya tahu persis di mana saya berada. Ruangan tanpa kehidupan dengan arsip-arsip kecilnya adalah sebuah sistem katalog sederhana dari kehidupan saya. Di sana tertulis setiap tindakan saya setiap saat, baik besar maupun ekcil, dalam rincian yang tidak dapat ditandingi dengan daya ingat saya.

Suatu perasaan kagum dan ingin tahu, disertai dengan ketakutan yang berkecamuk di dalam diri saya ketika saya mulai membuka arsip-arsip itu secara acak dan menyelidiki isinya. Beberapa membawa kenangan manis dan sukacita; yang lain memalukan dan saya sesali sehingga saya akan melihat arsip bertuliskan “Teman-teman” bersebelahan dengan arsip berjudul “Teman-teman yang telah kukhianati”.
Judul arsip-arsip tersebut bervariasi mulai dari yang biasa sampai yang aneh sama sekali: “Buku-buku yang pernah aku baca”, “Kebohongan-kebohongan yang pernah aku buat”, “Penghiburan yang pernah kuberikan”, “Lelucon-lelucon yang pernah kutertawakan”. Beberapa sangat tepat: “Cemoohan yang pernah kusampaikan pada saudara-saudaraku”. Yang lain yang tidak dapat saya tertawakan: “Hal-hal yang telah kulakukan dalam kemarahan”, “Gerutuan yang pernah kusampaikan pada orangtuaku”. Saya tidak pernah tidak terkejut melihat isinya. Seringkali ada lebih banyak kartu daripada yang saya perkirakan. Kadangkala ada lebih sedikit kartu dari yang saya harapkan.

Saya diliputi oleh volume kehidupan yang telah saya jalani. Mungkinkah saya memiliki waktu di usia saya yang 20 tahun ini untuk menuliskan tiap-tiap kartu yang jumlahnya bisa ribuan, bahkan jutaan ini? Tetapi setiap kartu menegaskan kebenaran ini. Masing-masing kartu bertuliskan tandatangan saya sendiri. Dan setiap kartu saya tandatangani.

Ketika saya menarik sebuah arsip berjudul “Lagu-lagu yang pernah kudengar” saya menyadari bahwa arsip-arsip tersebut bertambah untuk menampung isinya. Kartu-kartu itu dipak secara ketat, namun setelah dua atau tiga kartu, saya tidak dapat menemukan akhir dari arsip tersebut. Saya menutupnya dengan perasaan malu, bukan karena kualitas musik, tetapi lebih karena banyaknya waktu yang diwakili oleh arsip tersebut.

Ketika saya sampai pada sebuah arsip berjudul “Pemikiran-pemikiran yang didorong oleh hawa nafsu”, saya merasakan tubuh saya dingin. Saya menarik keluar arsip itu hanya satu inci, tidak berminat untuk menyelidiki besarnya, dan menarik sebuah kartu. Saya merasa jijik melihat isinya secara terperinci. Saya kesal memikirkan bahwa saat seperti ini juga tercatat.

Tiba-tiba saya merasakan suatu kemarahan seperti seekor binatang. Satu pikiran mendominasi otak saya: “Tidak ada seorang pun yang boleh melihat kartu-kartu ini! Tidak ada satu pun orang yang akan pernah melihat ruangan ini! Aku harus menghancurkan semuanya!” Dengan pikiran kalang kabut itu saya merenggut keluar arsip tersebut. Sekarang ukurannya tidak menjadi masalah. Saya harus mengosongkannya dan membakar kartu-kartu tersebut. Tetapi ketika saya mengambil arsip itu dan memukul-mukulkannya ke lantai, saya tidak dapat mencabut satu kartu pun. Saya menjadi putus asa dan menarik keluar sebuah kartu, hanya untuk menemukan bahwa kartu itu sekuat baja ketika saya berusaha untuk merobeknya.

Merasa kalah dan benar-benar putus ada, saya mengembalikan arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan dahi saya ke tembok, saya mengeluarkan keluhan panjang mengasihani diri sendiri. Dan kemudian saya melihat sebuah arsip lain. Judul arsip itu adalah “Orang-orang yang pernah saya ceritakan tentang Injil”. Pegangannya lebih terang daripada yang ada di dekatnya, lebih baru, hampir tidak pernah digunakan. Saya menarik pegangan itu dan sebuah kotak kecil yang tidak lebih dari delapan sentimeter panjangnya jatuh ke dalam tangan saya. Saya bisa menghitung kartu-kartu yang ada di sebelah tangan saya.

Dan kemudian air mata pun mengalir. Saya mulai menangis. Saya terisak begitu hebat sampai rasa sakitnya terasa di perut saya dan mengguncangkan saya. Saya jatuh berlutut dan menangis. Saya berteriak karena malu, sangat malu. Baris-baris rak arsip itu berputar-putar dalam pandangan saya yang dipenuhi air mata. Tidak ada satu orangpun yang boleh mengetahui ruangan ini. Saya harus menguncinya dan menyembunyikan kuncinya.

Tetapi kemudian saat saya menyeka air mata saya, saya melihat Dia.
Tidak, tolong, jangan Dia. Tidak di sini. Siapa pun boleh kecuali Yesus.

Saya memperhatikan dengan pasrah ketika Ia mulai membuka arsip-arsip dan membaca kartu-kartu di dalamnya. Saya tidak tahan melihat respons-Nya. Dan di saat saya memberanikan diri memandang wajah-Nya, saya melihat suatu kesedihan yang lebih dalam daripada kesedihan saya. Seperti dibimbing oleh intuisi-Nya Ia berjalan menuju kotak-kotak yang paling buruk. Mengapa Ia harus membaca setiap arsip?

Akhirnya Ia berpaling dan memandang saya dari seberang ruangan. Ia memandang saya dengan belas kasihan di mata-Nya. Tetapi bukan kemarahan. Saya menjatuhkan kepala saya, menutupi muka saya dengan tangan, dan mulai menangis lagi. Ia menghampiri saya dan merangkul saya. Bisa saja Ia mengatakan begitu banyak hal. Tetapi Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya menangis bersama saya.

Kemudian Ia bangkit dan berjalan kembali ke dinding arsip tersebut. Dimulai dari ujung ruangan yang satu, Ia mengeluarkan sebuah arsip dan satu demi satu, Ia mulai menuliskan nama-Nya di atas nama saya pada setiap kartu.

“Tidak!” saya berteriak, buru-buru menghampiri Dia. Yang dapat saya katakan hanyalah, “Tidak, tidak,” ketika saya menarik kartu dari-Nya. Nama-Nya tidak seharusnya ada di kartu-kartu ini. Tetapi nama itu telah tertera, ditulis dengan begitu nyata dan jelas dengan tinta merah. Nama Yesus menutupi nama saya. Nama itu ditulis dengan darah-Nya.

Dengan lembut Ia mengembalikan kartu itu. Ia memberikan senyum kesedihan dan melanjutkan untuk menandatangani kartu-kartu itu. Saya tidak akan pernah mengerti bagaimana Ia dapat melakukannya secepat itu. Tetapi hal cepat berikutnya adalah saya mendengar Ia sudah berada di arsip terakhir dan kembali ke sisi saya. Ia meletakkan tangan-Nya ke atas pundak saya dan berkata, “Sudah selesai.”

Saya berdiri, dan Ia menuntun saya keluar dari ruangan. Tidak ada kunci pada pintu itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis.

PS: Sangat melegakan untuk tahu bahwa semua harga dosa yang tertulis dalam “arsip” kehidupan kita telah dibayar lunas oleh-Nya ya :)


ceritanya keren.. gue di sini di sadarkan bahwa di dalam diri kita ada suatu ruangan yang menyimpan banyak arsip yang kita sendiri pun tidak tahu kadang kita tidak ingat akan kejadian itu. di dalam arsip itu mencatat detail apa yang kita lakukan baik itu perbuatan yang benar dan yang salah.
Tuhan mengetahui semua seluk-beluk kita dan tetap mau menebus semuanya tanpa terkecuali karena Ia sayang pada kita. Janganlah lupa itu!
God bless you...


Aug 20, 2010

teman sejati

pikiran ini gue dapat setelah gue melihat blog juni tentang post teman sejati..
benarkah ada teman sejati?
jika ada mengapa bisa ada?
adakah ciri-ciri dari teman sejati itu?
bagaimanakah dia bisa dikategorikan sebagai teman sejati?

di dalam pertemanan kita baik dari kita TK,SD,SMP,SMA,KULIAH maupun di tempat KERJA, kita akan menemukan sahabat yang dekat dengan kita. dan di setiap tingakatan itu kita akan menemukan teman baru, sahabat baru. kalau begitu, berapa banyak sahabat yang kita punya? sahabat yang lama akan kita kemanakan? tetap bersama kitakah? apakah dia mendapatkan sahabat baru? apakah dia mengingat kita sebagai sahabatnya? jika dia masih mengingat kita apakah itu yang di sebut dengan teman sejati kita?

pengalaman gue dalam pertemanan sepertinya gue belum menemukan teman sejati gue,, apa sudah? gue pun ngak tau. gue punya sahabat smp dan sampai sekarang gue masih berkomunikasi dengan dia, tapi apakah dia teman sejati gue?
gue juga punya sahabat di sma dan sampai sekarang pun gue masi berkomunikasi dengan mereka, tapi apakah dia teman sejati gue?
di kuliah pun gue punya sahabat, apa dia teman sejati gue?
tapi jika gue pikir-pikir sebelum menjadi teman sejati kita harus bersahabat dengan dia dong, kalau kayak gue yang punya banyak sahabat gimana dong? apa mereka bukan sahabat gue?
apa mereka hanya teman sepermainan gue?
di sini pun gue jadi mempertanyakan apa sih arti dari sahabat itu sendiri? sahabat itu hanya satu atau boleh lebih dari satu?
di saat kapan kita memberi jabatan "sahabat" itu kepada teman kitaa? apakah kita harus bertanya secara langsung kepada dia "hei, apa kita sahabat atau hanya teman?" ? apakah harus begitu??
huwaaaa makin banyak pertanyaan yang muncul.. banyak hal yang tak kumengerti dalam hidup ini dan inilah salah satunya...

Aug 19, 2010

betapa bodohnya gue

Gue gak tau ap yang gue pikirkan dan kenapa gue begitu..
Ceritanya.....
Kemarin gue nyusun krs dan ternyata ada 1 mata kuliah yang hari jumat antara jam 1 ato jam 4 sore.. Sebelum itu gue uda ada janji ama temen gue untuk nemenin jalan-jalan di serpong hari jumat depannya jam 1 siang. Nah gue dilema dhe apa gue pilih jam 1 ato jam 4.
Akhirnya gue memilih jam 4 dan pas gue liat ternyata ada 1 temen deket gak deket gue yang di jam yang sama. Gue langsung kasi tau orangnya dhe..
Hari ini tepatnya tadi pagi gue buka krs lagi dan melihat mata kuliah hari jumat gue bisa gue pindahkan ke hari senin pagi hari. Tapi ntah apa yang gue pikirkan, apa yang gue renungkan jadwal mata kuliah jumat tak ku pindahkan ke hari senin..
Jam 1an gue mendapat kabar kalau temen gue gak jadi dateng ke serpong.. Gue langsung buka web krs dan apa yang gue dapet "krs sudah ditutup". Argh pas gue baca pengumuman krs ditutup jam 1. Ahh hanya beda beberapa menit aja..
Bodohnya diriku..
Malam hari aku menyalakan hape, ternyata temanku sudah sms kalo jumat depan dia tidak bisa,, tapi karena hape gue mati gue gak tau..
Aaaaaaaaaaaa
Gue gak tau gue ini berpikir apa.. Apa yang gue mau.. Pusing mikirinnya.

Aug 11, 2010

the reason

Cinta itu tidak membutuhkan alasan..
Jika sebuah cinta membutuhkan alasan,
Ketika alasan itu hilang,
Cinta itu juga akan hilang bersamanya.

alasan? jika berurusan dengan cinta,, alasan tidak diperlukan..
Bagaimana dengan urusan yang lain? Apakah alasan juga tidak diperlukan?

menurut gue,, kita memerlukan suatu alasan itu. jika tidak ada alasan untuk berbuat sesuatu rasanya ada yang aneh. alasan itu membuat kita tetap menjalankannya.
tapi kadang gue juga bingung. kalau melakukan sesuatu karena alesan, bearti kita melakukannya tidak dengan hati yang tulus. lalu bagaimanakah seharusnya?
apakah alasan itu tidak diperlukan juga untuk kegiatan sehari-hari kita?

let it go version 1

You are my angel
You are my everything
You mean more than anything
When I see your smile so lovely and bright
Makes the world seem right

At times you can act like such a little girl
But in my eyes, you are the world
I wish you health and happiness for all time
And may the world be kind

Whenever you are feeling down
Whenever you are feeling blue
All you have to do is sing this song
Remember I'll be watching over you

Please grow up with hope in your heart
I will always be with you
Please go on with a dream in your heart
i will always be with you
Ost. game Rhapsody A Musical Adventure,, mau denger lagunya di sini

arti dari lagu ini adalah lagu dari seorang ibu untuk anaknya. lagu nina bobo untuk anak kesayangannya...
anak itu merupakan segalanya bagi kedua orang tua. semua yang dirasakan oleh anak, orang tua kita pun dapat merasakannya.. orang tua kita selalu memperhatika gerak-gerik kita. disaat kita bahagia yang paling bahagia melihatnya adalah kedua orang tua kita. disaat kita sedih sedih yang paling sedih melihatnya adalah kedua orang tua kita.
orang tua kita selalu memperhatikan kita walaupun kita sangat kurang merasakannya..
mereka selalu bersama dengan kita di kondisi apapun..
meraka ingin melihat kita tumbuh menjadi orang yang mempunyai impian dan harapan,, dan mereka akan membantu kita untuk mewujudkannya dengan kekuatan yang mereka punya..

i love you mom and dad...

Aug 5, 2010

hidup

hidup ini penuh dengan pilihan, rencana, angan-angan, keinginan. semua yang kita rencanakan pasti ada yang tidak terlaksana, apa yang kita pilih tidak disukai orang lain, apa yang kita angan-angankan tidak tercapai, apa yang kita inginkan tidak tergenapi..
hidup tidak selalu baikk,, tidak selalu berada di atas, tidak selalu merasa senang, merasa tercukupi. hidup itu susah. hidup itu perlu perjuangan. hidup itu perlu pengorbanan. hidup itu pilihan. hidup hanya kita yang tahu bagaimana kedepannya. hidup itu ada di tangan kita sendiri..